IDAI Peringatkan Potensi Kenaikan Kasus Diare Pada Balita di Musim Hujan Menjadi Risiko Kematian di 2023

 

Di musim penghujan, Indonesia menghadapi lonjakan kasus diare pada balita, menjadi fokus penjelasan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Menurut Dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A, diare dapat diidentifikasi melalui tinja yang cair dan peningkatan frekuensi buang air besar. Meskipun data dari Riskesdas 2013 dan 2018 menunjukkan penurunan angka kasus diare pada balita, risiko kematian cenderung lebih tinggi pada bayi yang lebih tua. Hal ini menjadi perhatian serius karena diare, meskipun terbilang umum dan seringkali dapat diatasi, juga memiliki potensi menyebabkan komplikasi serius seperti dehidrasi, terutama pada bayi.

Risiko kematian balita akibat diare menjadi sorotan penting dalam data Kemenkes RI 2022. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, masih menjadi perhatian karena diare memiliki dampak yang signifikan pada tubuh balita. Dr. Himawan juga menekankan bahwa meskipun sebagian besar anak pulih dari diare dalam kurun waktu 7 hari, sekitar 83%, ada sebagian kecil yang memerlukan waktu lebih lama, hingga lebih dari 14 hari untuk pulih sepenuhnya.

Baca Juga: Waspada Penderita Diabetes! Ini Dia 4 Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Melakukan Olahraga

Faktor-faktor ini menyoroti pentingnya pemantauan dan perawatan yang cermat terhadap kondisi diare pada balita, terutama pada masa musim penghujan di Indonesia. Ketersediaan data dan pemahaman mendalam tentang perubahan risiko pada kelompok usia tertentu, seperti bayi yang lebih tua, menjadi pengetahuan yang penting bagi orang tua dan tenaga medis dalam menangani kondisi ini dengan lebih efektif dan pencegahan yang lebih tepat.

Diare Pada Balita

diare pada balita

Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2022, diare menjadi penyebab utama kematian pada balita usia 12-59 bulan, menyumbang sekitar 10,3% dari kasus kematian dalam kelompok usia ini. Meskipun angka ini mengindikasikan urgensi dalam penanganan diare pada balita, terdapat juga informasi penting tentang tingkat kesembuhan. Sebagian besar anak dapat pulih dari diare dalam waktu relatif singkat, di mana sekitar 83% dari mereka berhasil sembuh dalam kurun waktu kurang dari 7 hari. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus diare pada balita bisa diatasi dengan penanganan yang tepat dan intensif dalam waktu yang cukup singkat.

Selain itu, sekitar 12% anak memerlukan waktu 7-14 hari untuk pulih sepenuhnya dari diare. Meskipun durasi penyembuhan ini sedikit lebih lama, masih menunjukkan kemungkinan kesembuhan yang tinggi dengan perawatan yang memadai. Namun, ada juga sebagian kecil, hanya sekitar 5%, yang memerlukan waktu lebih dari 14 hari untuk sembuh dari diare. Meskipun persentase ini terbilang kecil, penting untuk memperhatikan bahwa ada kasus diare yang membutuhkan perawatan lebih lama dan lebih intensif, yang memerlukan pemantauan dan penanganan yang cermat.

Data ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar kasus diare pada balita dapat diatasi dengan baik dalam waktu yang relatif singkat. Namun, persentase kecil yang memerlukan waktu penyembuhan lebih lama menegaskan pentingnya pemantauan terus-menerus dan penanganan yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Hal ini menekankan perlunya kesadaran orang tua dan tenaga medis akan variasi durasi penyembuhan diare pada balita serta upaya untuk memberikan perawatan yang sesuai agar kesembuhan dapat tercapai dengan lebih cepat dan efektif.

Kondisi diare pada balita menjadi potensi mematikan karena berpotensi menyebabkan dehidrasi. Balita umumnya memiliki tubuh yang sebagian besar terdiri dari cairan. Oleh karena itu, ketika mengalami diare, di mana tubuh kehilangan cairan secara cepat, risiko dehidrasi meningkat. Ini menjadi perhatian serius, karena dehidrasi pada balita dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Faktor penyebab diare pada balita di Indonesia meliputi virus, bakteri, dan faktor lainnya. Dalam konteks ini, virus mendominasi sebagai penyebab utama diare pada balita. Virus-virus seperti Rotavirus, Adenovirus, dan Norovirus II menjadi penyebab utama kondisi ini. Pengetahuan tentang jenis-jenis virus yang paling sering menyebabkan diare pada balita penting untuk memahami risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Mengetahui penyebab diare pada balita bukan hanya membantu dalam memahami risiko, tetapi juga penting dalam mengetahui durasi penyembuhan. Penyembuhan yang tepat waktu dan efektif dapat mengurangi risiko dehidrasi pada balita. Orang tua yang memiliki pemahaman tentang penyebab diare dan durasi penyembuhan bisa lebih waspada dan sigap dalam memberikan perawatan yang sesuai serta mengurangi risiko komplikasi yang mungkin timbul akibat kehilangan cairan tubuh.

Baca Juga:6 Trik Jitu Mengajak Pasangan Bercinta Tanpa Canggung

Oleh karena itu, pengetahuan mendalam tentang penyebab diare pada balita menjadi kunci dalam mengurangi risiko dehidrasi dan komplikasi yang terkait. Dengan pemahaman yang tepat, orang tua dapat mengambil langkah-langkah preventif serta segera mencari bantuan medis jika diperlukan, memastikan bahwa penanganan diare pada balita dilakukan dengan sebaik mungkin.

 

You May Also Like

More From Author