Planet Pluto, yang sebelumnya dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya, telah mengalami perubahan status yang signifikan. Proses ini melibatkan banyak penelitian dan diskusi ilmiah yang melibatkan para ahli astronomi dan organisasi internasional terkemuka. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemahaman kita tentang planet Pluto dan klasifikasinya dalam tata surya telah berubah secara mendalam.

Pertama-tama, penemuan objek-objek baru di tata surya, terutama di sabuk Kuiper di mana planet Pluto berada, memunculkan pertanyaan tentang status Pluto sebagai planet. Penemuan Eris pada tahun 2005, yang memiliki ukuran yang serupa atau bahkan lebih besar dari Pluto, menjadi salah satu faktor yang memicu perdebatan ilmiah ini. Diskusi yang intens mengenai kriteria apa yang seharusnya menentukan apakah sebuah objek dapat disebut sebagai planet atau tidak akhirnya memunculkan revisi definisi planet oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU) pada tahun 2006.

Kedua, revisi definisi planet oleh IAU menetapkan bahwa sebuah objek harus “membersihkan lingkungannya dari objek lain” untuk dianggap sebagai planet. Sayangnya, planet Pluto tidak memenuhi kriteria ini karena wilayah orbitnya yang dipenuhi dengan objek-objek lain di sabuk Kuiper. Oleh karena itu, planet Pluto akhirnya diklasifikasikan ulang sebagai “planet kerdil” atau “planet katai” daripada sebagai planet utama dalam tata surya kita. Hal ini menunjukkan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian terus membentuk pemahaman kita tentang alam semesta.

Baca Juga: Penjelajahan Teleskop James Webb: Menelusuri Lubang Hitam Hingga Dark Energy di 2024

Sejarah Planet Pluto sebagai Planet

planet pluto

Planet Pluto, yang ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde Tombaugh, awalnya dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Penemuan ini menimbulkan kegembiraan di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum karena Pluto merupakan objek terjauh yang pernah ditemukan dalam tata surya pada saat itu. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pandangan tentang Pluto mulai mengalami perubahan.

Penemuan Planet Pluto

Clyde Tombaugh menemukan Pluto pada tanggal 18 Februari 1930 di Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona. Penemuan ini didasarkan pada analisis fotografi langit yang diambil beberapa bulan sebelumnya. planet Pluto awalnya dianggap sebagai planet kecil yang sangat jauh dari Matahari, dengan orbit yang sangat eksentrik.

Perdebatan tentang Status Planet Pluto

Seiring dengan penemuan objek-objek lain di tata surya yang memiliki karakteristik yang mirip dengan Pluto, pertanyaan tentang apakah Pluto benar-benar sebuah planet mulai muncul. Pada tahun 1992, penemuan objek Trans-Neptunus yang lebih besar dari Planet Pluto, seperti Eris, semakin mempertanyakan status Pluto sebagai planet.

Reklasifikasi oleh IAU

Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) mengadakan pertemuan di mana mereka merumuskan definisi resmi sebuah planet. Salah satu kriteria yang ditetapkan adalah bahwa sebuah planet harus “membersihkan lingkungannya dari objek lain” di sekitarnya. Kriteria ini menyebabkan Pluto tidak lagi memenuhi syarat sebagai planet, karena orbitnya yang berada di sabuk Kuiper dipenuhi dengan berbagai objek trans-Neptunus.

Penilaian Ulang oleh International Astronomical Union (IAU)

Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) mengadakan pertemuan di mana mereka meninjau kembali definisi sebuah planet. Hal ini dipicu oleh penemuan objek-objek baru di tata surya yang memiliki karakteristik yang mirip dengan planet Pluto. Setelah serangkaian diskusi dan pemungutan suara, IAU mengambil keputusan untuk merevisi definisi planet.

Kriteria Baru untuk Planet

Salah satu kriteria utama yang ditetapkan oleh IAU adalah bahwa sebuah objek harus memiliki “membersihkan lingkungannya dari objek lain” untuk dianggap sebagai planet. Artinya, sebuah planet harus memiliki gravitasi yang cukup kuat untuk menghilangkan atau menarik objek-objek lain di sekitarnya. Sayangnya, Pluto tidak memenuhi kriteria ini.

Alasan Mengapa Planet Pluto Tidak Lagi Sebagai Planet

1. Berukuran Kecil

Salah satu alasan utama mengapa planet Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet adalah karena ukurannya yang kecil. Dengan diameter sekitar 2.377 km, Pluto jauh lebih kecil dibandingkan dengan planet-planet lain dalam tata surya. Hal ini menjadikan Pluto kurang signifikan dalam konteks sistem tata surya kita.

2. Tidak Membersihkan Lingkungannya

Planet Pluto berada di wilayah sabuk Kuiper, yang merupakan kawasan di luar orbit Neptunus yang dipenuhi dengan berbagai objek trans-Neptunus. Hal ini membuat Pluto tidak mampu “membersihkan” lingkungannya dari objek-objek lain seperti yang diminta oleh kriteria IAU. Sebagai akibatnya, Pluto dianggap sebagai objek sabuk Kuiper daripada planet utama.

Baca Juga: Seorang Pria Perancis Menemukan Fosil Dinosaurus: Kisah Rahasia yang Berumur 70 Juta Tahun

Kesimpulan

Meskipun dulunya dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita, planet Pluto kini telah kehilangan statusnya sebagai planet utama. Hal ini disebabkan oleh kriteria baru yang ditetapkan oleh International Astronomical Union (IAU), di mana planet Pluto tidak memenuhi salah satunya. Meskipun demikian, penemuan dan penelitian lebih lanjut mengenai Pluto tetap menjadi topik penting dalam eksplorasi tata surya dan alam semesta secara keseluruhan. Dengan demikian, kita dapat memahami alasan mengapa planet Pluto tidak lagi dianggap sebagai planet dalam tata surya kita.

You May Also Like

More From Author